BAYI TABUNG, BAYI MAHAL
Biaya satu siklusnya sekitar 20-30 juta rupiah, sementara tingkat keberhasilannya hanya 30-40 persen. Tapi bila keuangan Anda memang memungkinkan, tak ada salahnya mencoba program bayi tabung demi terwujud impian memiliki buah hati tercinta.
Hampir semua pasangan suami-istri menginginkan adanya anak dalam kehidupan perkawinan mereka. Sayangnya, tak semua pasangan bisa segera mewujudkan impian tersebut. Ada yang setelah sekian tahun menikah baru bisa punya anak, namun ada pula yang masih terus berada dalam penantian tanpa kepastian.
Tentu akan lebih baik bila suami-istri segera melakukan pemeriksaan ke dokter sebelum usia perkawinan berlangsung lama. Apalagi, seperti dikatakan dr. Nurwansyah, Sp.OG, "pasangan yang telah setahun bersanggama secara teratur dan normal namun belum juga hamil bisa dikatakan termasuk pasangan infertil alias mandul."
Eh, jangan keburu panik dulu, Bu-Pak, karena infertil bukan berarti sama sekali tak bisa punya anak. Tergantung dari kekurangan atau masalah si pasangan yang infertil ini yang bisa diketahui lewat pemeriksaan. Bila memang masalah infertilitasnya masih bisa dikoreksi berarti istri masih bisa hamil normal. Tapi bila masalahnya sulit dikoreksi, maka solusinya adalah hamil dengan bantuan. "Hamil bantuan inilah yang disebut bayi tabung," tandas dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RSB Asih, Jakarta ini.
SEL TELUR TAK KELUAR
Lebih jauh dijelaskan Nurwansyah, pemeriksaan yang dilakukan pada suami ialah masalah spermanya; baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Dari segi kuantitas, idealnya berjumlah di atas 20 juta per cc. Bila kurang berarti ada gangguan. Biasanya karena buah zakar tak memproduksi sperma dengan baik. Sedangkan dari segi kualitas akan dilihat apakah spermanya bermutu "bajaj" atau "BMW". Maksudnya, mobilitas (gerakan) sperma tersebut lambat ataukah cepat? "Bila kualitasnya bagus dan jumlahnya ideal, maka tak masalah," tukas Nurwansyah.
Pada istri akan dilihat apakah sel telurnya keluar atau tidak. Sebagaimana kita tahu, untuk menghasilkan kehamilan diperlukan 3 hal, yaitu indung telur, saluran telur, dan rahim. Pada saat ovulasi, wanita akan mengeluarkan telur yang ditangkap fimbria (tangan-tangan saluran telur), kemudian disedot masuk ke dalam saluran telur. Saat sanggama, sperma masuk dan bertemu sel telur sehingga bisa terjadi kehamilan. Rahim diperlukan sebagai wadah bagi calon bayi.
Nah, bila sel telur tak keluar karena ada penyakit di "lingkungan"nya semisal kista, gangguan di ovarium, endometriosis, atau infeksi yang menyebabkan perlekatan di mana-mana, tentu akan menjadi penyulit kehamilan. Juga bila ada gangguan sumbatan di tuba falopi (saluran telur), sperma pun sulit bertemu sel telur. "Bila keadaan-keadaan tersebut tak bisa dikoreksi, barulah dianjurkan mengikuti program bayi tabung," terang Nurwansyah.
PEMBUAHAN DI LUAR RAHIM
Ngomong-ngomong, mengapa dinamai bayi tabung? Pada awalnya disebut test tube baby. Bayi tabung yang ditemukan Dr. Steptoe dari Inggris, diambil dari IVF (in vitro fertilisation), yaitu proses pembuahan di laboratorium dengan menggunakan tabung reaksi.
Proses pembuatan bayi tabung dilakukan dengan mempertemukan sel telur dan sperma dalam sebuah cawan petri yang bermedia. Selanjutnya, sel telur diletakkan di cawan tersebut dan disemprotkan sperma berjumlah ratusan. Usai itu, cawan dimasukkan dalam inkubator, yaitu lemari elektronik yang mempunyai suhu, kelembaban, dan gas-gas lainnya, layaknya rahim.
Dua sampai tiga hari kemudian, terjadi pembuahan berupa embrio (semacam telur). Dengan menggunakan pipet, embrio tersebut ditransferkan atau dikembalikan ke rahim ibu lewat vagina. Jumlah yang dimasukkan rata-rata 3-4 embrio. Tingkat keberhasilannya, dari 100 wanita yang dilakukan transfer, sekitar 30-40 persen terjadi kehamilan.
Bila terjadi kegagalan atau tak terjadi kehamilan, antara lain disebabkan faktor hormonal ibu yang kurang bagus. "Kondisi hormonal yang demikian tentu akan mengakibatkan rahim tak siap menerima embrio. Namun bukan berarti rahimnya menolak, lo," terang Nurwansyah. Kecuali itu, kegagalan pun kerap terjadi bila embrio yang dihasilkan tak bagus.
Karena itu, sebelum memulai program bayi tabung, ibu perlu melakukan pengobatan. Biasanya dilakukan pemberian obat-obatan hormonal untuk merangsang pematangan sel telur. Lamanya sangat tergantung masing-masing centre atau pusat program bayi tabung; bisa 2 bulan, bisa juga hanya 2 minggu. Yang jelas akan dilakukan penilaian selama 2-4 minggu, apakah sel telur matang atau tidak.
Jadi, hanya sel-sel telur matang yang akan diambil dan juga harus lebih dari satu. Pasalnya, selain biayanya mahal, juga harus diperkirakan kemungkinan kesempatan hamil. "Makin banyak telur makin besar kemungkinan hamil." Perlu diketahui, biaya satu siklus bayi tabung sekitar 20-30 juta rupiah.
Bila semua sel telur, katakanlah ada 8, berkembang menjadi embrio, maka 4 embrio akan dimasukkan ke dalam rahim, sisanya dimasukkan dalam cryopreservation (ruang simpan beku). Embrio yang disimpan bisa bertahan sampai jangka waktu puluhan tahun, asalkan suhunya stabil. "Sampai sekarang masih diteliti berapa lama embrio tetap terjaga mutunya dalam ruang reservasi. Di Indonesia sudah pernah dilakukan bayi tabung dari embrio yang sudah 2-3 tahun dan bisa terjadi kelahiran," ungkap Nurwansyah.
Mengapa embrio harus disimpan? "Karena mahal, sehingga bila gagal, embrio ini akan digunakan lagi. Jadi, tak perlu lagi harus mengambil sel telur dari sang ibu." Disamping, penyimpanan embrio bertujuan bila ada kemungkinan embrio yang ditanam harus ditunda karena kondisi rahim ibu tak memungkinkan, semisal terjadi perdarahan sehingga embrio harus disimpan sementara waktu. "Bila tetap ditransfer, maka embrio bisa keluar lagi dari rahim."
TAK BEDA DENGAN KEHAMILAN NORMAL
Ibu dan Bapak mungkin bertanya-tanya, bagaimana menjalani kehamilan dengan hasil proses bayi tabung? Ternyata, enggak ada bedanya, kok, dengan kehamilan normal. Bahkan, risikonya pun sama, seperti adanya perdarahan, keguguran, atau gangguan-gangguan lain. "Malah bisa saja terjadi kehamilan kembar," ujar Nurwansyah seraya melanjutkan, "Bukankah jumlah embrio yang dimasukkan ke dalam rahim sebanyak 4 buah? Nah, bisa saja yang jadi bukan cuma satu sehingga terjadilah kembar dua, tiga, dan bahkan kembar empat."
Itulah mengapa, pemeriksaan rutin tetap harus dilakukan sebagaimana mestinya; sebulan sekali saat trimester pertama sampai seminggu sekali menjelang kelahiran. Pemeriksaan rutin, salah satunya dengan USG, bertujuan memantau perkembangan dan pertumbuhan janin.
Persalinan pun bisa dilakukan dengan persalinan normal atau operasi caesar. Tapi biasanya calon ibu memilih caesar karena takut gagal. Apalagi, tukas Nurwansyah, "orang merasa kehamilannya cukup mahal sehingga takut sekali bila gagal." Padahal, bila tak ada indikasi serius, persalinan normal bisa tetap dilakukan.
Nah, Bu-Pak, bila Anda berdua tertarik dengan program bayi tabung, silakan kontak RSUPN Cipto Mangunkusumo atau RSAB Harapan Kita (Jakarta) dan RS Dr. Soetomo (Surabaya). Boleh juga dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter kandungan yang menangani Ibu.
Dedeh Kurniasih
LANGKAH-LANGKAH PROSES BAYI TABUNG
1. Datanglah ke dokter bagian obstetri dan ginekologi bila ingin menjalani satu siklus program bayi tabung.
2. Bila ditemukan kelainan/masalah pada Anda berdua, dokter spesialis akan merujuk ke pusat layanan bayi tabung. Setelah diketahui penyulit kehamilan, pasangan suami isteri disiapkan menjalani proses bayi tabung.
3. Setiap pasangan akan menerima penjelasan program bayi tabung dan prosedur pelaksanaan dalam sebuah kelas/kelompok.
4. Peserta program harus menandatangani perjanjian tertulis: bersedia bila dokter melakukan tindakan yang dianggap perlu semisal operasi, bersedia menghadapi kemungkinan mengalami kehamilan kembar dan risiko lain yang dapat ditimbulkan.
5. Pelaksanaan program bisa dimulai berdasarkan masa haid. Calon ibu akan diberi obat-obatan hormonal sebagai pemicu ovulasi agar menghasilkan banyak sel telur. Selanjutnya dilakukan Ovum pick up/Opu (pengambilan sel telur). Sedangkan calon ayah akan diambil sperma dengan cara masturbasi. Bila jumlah sperma cukup banyak akan disemprotkan ke sel telur.
Bila saat masturbasi tak ada sperma yang keluar, berarti ada sumbatan. Untuk itu akan dilakukan cara lain, yaitu dengan MESA (Microsurgical Epydidimis Sperm Aspiration); sperma diambil dari salurannya. Bisa juga dengan TESA (Testical Sperm Extraction); sperma diambil langsung dari buah zakar.
Bila sperma yang dihasilkan sangat sedikit, maka dilakukan ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection); sperma disuntikkan ke sel telur. Cara ini khusus bagi pasangan infertil dimana suami mempunyai sperma sangat sedikit.
6. Setelah terjadi fertilisasi dan embrio, maka embrio ditransfer ke rahim ibu.
7. Ibu dipantau beberapa waktu dengan pemeriksaan hormon kehamilan (hCG) di darah dan pemeriksaan USG.
INDIKASI DILAKUKANNYA PROSES BAYI TABUNG
* Kualitas dan kuantitas sperma.
* Keadaan rahim normal atau tidak? Pemeriksaan dilakukan dengan rontgen dan USG.
* Apakah tuba falopi (saluran telur) lancar atau tersumbat? Untuk mengetahuinya dilakukan pemeriksaan hCG.
* Apakah lingkungan di sekitar rahim dan indung telur normal atau ada kelainan? Pemeriksaan dilakukan dengan laparoskopi diagnostik/diteropong.
Nah, proses bayi tabung dapat dilakukan bila dari pemeriksaan tersebut ditemui beberapa kondisi: jumlah dan kualitas sperma sangat buruk, saluran telur tersumbat, atau adanya endometriosis.
http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?rubrik=kecil&edisi=02055